Nikolas Safreius | sinergy eximius | 08818557813 | nikolasdf81@gmail.com | 5EDB992F

Bisakah Kita Membangun Koloni di Mars ?


Sebentar lagi petualangan antar galaxy ala stars wars dan stars trek bukan lagi cuma imajinasi. Bersiaplah menyambut petualangan paling liar abad ini, untuk pertama kalianya dalam sejarah umat manusia kita akan membangun koloni luar angkasa. Dimana lagi tempatnya kalau bukan di planet merah tetangga kita mars. Tapi tunggu dulu, memangnya buat apa kita jauh-jauh pindah rumah ke mars ?. Saat ini sudah ada 7,5M manusia di bumi padahal normalnya bumi hanya dapat menampung sekitar 9M saja, jadi mau tinggal di mana kelebihan manusia nanti ? mau di kasih makan apa ? sementara lahan kosong dan sumberdaya alam terus menipis seperti dompet kita di akhir bulan ! bumi juga semakin kotor dengan polusi dan sampah yang kita buang setiap harinya. Belum lagi kalau tiba-tida ada meteor raksasa yang jatuh dari langit mau jadi apa spesies kita nanti ?

Carl Sagan

Melestarikan bumi memang sangatlah penting, tapi sudah saatnya juga kita mempertimbangkan rumah kedua dan salah satu pilihanya jatuh pada tetangga kita, planet mars. Emm, ada apa dengan mars ? Di banding bumi ukuran mars tidak sampai setengahnya. Gravitasinya juga cukup kecil, yaitu sekitar 38%, sehingga mungkin kita bias melompat dari atap ke atap seperti di film-film action. Mars pun pernah punya air, suhu dan atmosfir yang mirip planet kita tapi itu dulu, sekitar 4,2 Juta tahun SM. Saat ini mars sudah tidak punya medan magnet yang bias melindungi dari radiasi kosmis dan benda asing. Akibatnya atmosfir mars jadi sangat amat tipis dan hanya mengandung sejumput oksigen, sekitar 1% (CO2 sekitar 9,97% sedangkan O2 hanya 0,13%). Permukaan mars juga jadi super kering dengan suhu dinginya bahkan melebihi kutub selatan ya sekitar -73 derajat celcius sedangkan kutub selatan -60 derajat celcius.

NASA
SPECEX
Ok, sekarang kita sudah mengenal mars lebih intim, pertanyaanya bisakah kita membangun koloni di planet seekstrim ini ? Ternyata, jawabanya … BISA !. bahkan sudah beberapa organisasi yang sedang berlomba mengirim manusia ke mars, salah duanya yaitu SPACEX dan NASA, dengan target keberangkatan minimal tahun 2027. Menurut riset mereka sudah ada teknologi yang bias membantu kita bertahan hidup di mars. Untuk bernafas misalnya, sudah tercipta alat yang bisa memproduksi oksigen dari atmosfir mars. Kalau butuh air kita juga tinggal mengekstraknya dari udara, jadi ya … kita tidak usah repot-repot mengimpor air mineral galon dari bumi. Sementara soal makanan kita bisa mengandalkan makanan kering dari bumi sambil menumbuhkan sayuran kita sendiri. Siapa tahu nantinya bakal instan yang bisa menyaingi ketenaran mie instan di planet bumi. Nah untuk melindungi diri dari radiasi kosmis, kita bias memakai baju khusus anti radiasi dan tinggal di dalam goa-goa vulkanik setelah mendarat. Selanjutnya pelan-pelan kita mulai bisa melakukan terraforming pada si planet merah. Langkah pertama adalah melelehkan es karbondioksida beku di kutubnya. Karbondioksida yang menguap akan menciptakan efek rumah kaca yang bisa menghangatkan mars. Lalu melelehkan air yang selama ini membeku, setelah itu kita baru bisa menanam tumbuh-tumbuhan yang akan memproduksi oksigen untuk bernafas dan membentuk lapisan ozon. Sayangnya para peneliti masih belum bisa menemukan cara untuk membangun kembali terraforming maupun mempersingkat waktu tempuh dari bumi, sampai misteri ini terpecahkan siap-siap saja mencicipi dampak paparan radiasi kosmis. Ya … terraforming mars tidak segampang kelihatanya, mangkanya para astronom seperti Carl Sagan pernah mengusulkan terraforming pada planet selain mars, planet venus misalnya lebih dekat dengan bumi dan tidak jauh baik ukuran maupun gravitasinya. Di ketinggian tertentu suhu dan tekanan udaranya pun menyerupai bumi, meski memang keadaan di permukaan venus bisa membunuh kita dalam sekejap. Tinggal pilih saja apakah kita mau gosong kepanasan, remuk karena tekanan, atau meleleh karena kehujanan ?


MARS

Singkatnya membangun koloni antar planet sebetulnya bukan hal yang mustahil, Cuma memang masih butuh waktu sampai kita jajan bakso kaki lima pertama di luar angkasa, dan seperti bisa terima kasih.

Mengapa Kita Suka Drama

Sejak dahulu orang Indonesia memang paling suka nonton drama. Mulai dari jaman telenovela, sinetron naga terbang, gosip artis, serigala tampan sampai persetruan pesulap vs motivator. Seperti halnya hidup tanpa cinta, konon hidup tanpa drama bagaikan taman tak berbunga, rasanya sungguh sangat hampa. Tapi sebetulnya apa yang di maksud dengan drama ? menurut urban dictionary drama terjadi saat kejadian yang sebetulnya biasa justru justru di besar-besarkan seolah-olah luar biasa.



Dunia artikel di Indonesia pun belakangan di hebohkan dengan banyak drama, masih ingat dengan artikel yang curhat putus sampai bajir air mata atau perseteruan  kubu kebebasan bertanggung jawab vs kebabasan berekapresi. Meski kerap di hujani diss like dan komentar negative konten artikel penuh drama terus saja mendapat jutaan view tiap harinya, sedangkan konten yang lebih bermanfaat dilirik saja jarang, jadi mengapa banyak orang sangat suka nonton drama ?



Sebagai manusia wajar saja kalau kita suka drama, berdasarkan teori “Uses & Gratification” apa yang kita tonton adalah apa yang bias memuaskan kebutuhan kita. Dibandingkan dengan hidup kita yang begitu-begitu saja, drama tentu saja terasa jauh lebih seru. Akhirnya kita menonton drama agar bias merasakan ketegangan dan keseruan meski efeknya palsu dan cuma sesaat. Melalui drama kita juga bisa merasakan aneka emosi yang umumnya tak dapat kita dapatkan dalam keidupan sehari-hari. Entah positif maupun negatif, emosi-emosi ini memicu otak kita melepaskan Endorphins dan Dopamine, perpaduan kedua zat kimia otak ini dapat menciptakan efek-efek seperti mengurangi rasa sakit, menurunkan stress, dan meningkatkan rasa senang, kombinasi yang nikmat bukan ? tak heran banyak orang jadi kecanduan yang di timbulkan oleh drama. Mungkin termasuk juga kalian yang sedang membaca artikel ini. Yap benar kalian, berdasarkan studi para peneliti dari Microsoft, drama terutama di internet bersifat Reciprocal, artinya selain ada yang bikini issu harus ada juga ada yang menanggapi. Kebanyakan orang-orang yang menumbar hal-hal sensasional yang di artikel adalah orang-orang yang suka cari perhatian. Dengan men-kilik like dan berkomentar artinya kita sedang mengompori perilaku penulis artikel tersebut. Itu sebabnya semakin bayak heaters yang biasanya banyak sebuah issu justru makin panas di bahas. Jadi drama akan sealau terjadi di sekitar kita, sekarang terserah kita sebagai penonton untuk memilih apakan mau membuat situasi menjadi sebuah drama atau tidak dan seperti biasa terima kasih.